Jumat, 06 April 2012

Psikologi Umum dan Perkembangan


BAB II
GEJALA – GEJALA PERASAAN ( EMOSI )

A.   Pengertian dan Ciri-Ciri Perasaan
Agar manusia mampu melaksanakan fungsi dan kewajibannya dengan baik, maka Allah SWT membekali jiwa manusia dengan berbagai kemampuan untuk merasakan dan menghayati suasana apapun yang ada di sekitarnya. Kemampuan merasakan dan menghayati suasana sekitar inilah yang disebut PERASAAN atau EMOSI.
Perasaan adalah salah satu gejala atau keadaan jiwa manusia yang banyak berpusat di hati dan merupakan totalitas dari keseluruhan gejala jiwa. Keadaan tersebut biasanya dihayati dan diungkapkan lewat rasa “suka” (like) atau rasa “tidak suka” (dislike).
         1.      Tergantung pada subyek (bersifat subyektif).
         2.      Tidak berdiri sendiri (selalu berkaitan dengan gejala atau aktivitas-aktivitas jiwa yang lain).
         3.      Mudah berubah-ubah.
         4.      Selalu dihayati dengan rasa suka atau tidak suka.

B.   Intensitas Perasaan (Tingkat Kedalaman)
Dalam berperasaan, manusia bermacam-macam. Ada yang perasaannya sangat peka, ada yang kurang peka, dan ada pula yang perasaannya sama sekali tidak peka. Demikian dalam menghayati dan merasakan suatu obyek; ada orang yang menghayatinya secara sangat mendalam sehingga tidak mudah hilang dari dalam jiwanya, ada yang biasa-biasa saja, dan ada pula yang melewatkan obyek apapun dari perasaannya begitu saja, tanpa meninggalkan kesan apapun.
Intensitas atau tingkat kedalaman perasaan seseorang terhadap suatu obyek, banyak tergantung kepada beberapa faktor, antara lain :
           1.      Kondisi dan jiwa seseorang pada saat suatu perasaan muncul didalam jiwanya.
           2.      Latar belakang, watak, lingkungan, pengalaman, dan pendidikan orang tersebut.
           3.      Perasaan biasanya lebih kuat melekat dalam jiwa, apabila :
a.       Bersumber dari pengalaman sendiri, dibandingkan dengan yang berasal dari pengalaman orang lain.
b.      Bersumber dari hasil pengamatan/penginderaan (konkrit) dibandingkan dengan hasil khayalan (abstrak).
c.       Bersumber dari indera penciuman dan pengecapan, dibandingkan dengan yang berasal dari indera penglihatan atau pendengaran.
           4.      Perasaan biasanya semakin berkurang, apabila hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya perasan tersebut terjadi berulang-ulang, sehingga menimbulkan kejenuhan.

C.   Pembagian Perasaan Menurut Sumbernya
Berdasar sumber timbulnya, para ahli Ilmu Jiwa membagi perasaan menjadi 2 jenis, yaitu perasaan rendah atau biologis dan perasaan tinggi atau rohaniah.
1.      Perasaan Rendah (yang berhubungan dengan unsur-unsur biologis atau jasmaniah), terdiri dari 4 macam, yaitu :
a.       Perasaan instinktif, seperti enak, sakit, takut.
b.      Perasaan inderawi, seperti manis, harum, silau.
c.       Perasaan seksuil, seperti tertarik pada lawan jenis.
d.      Perasaan vital, yang berhubungan dengan pencernaan, pernafasan, peredaran darah, dll.
2.      Perasaan Tinggi/Luhur (yang berhubungan dengan unsur-unsur rohaniah manusia), terdiri dari 6 macam, yaitu :
a.       Perasaan diri, yaitu suatu perasaan yang muncul dalam diri sendiri, baik yang positif seperti rasa percaya diri, punya harga diri, rasa puas atas prestasi diri, dll, maupun yang negatif, seperti rasa rendah diri, tidak percaya diri, rasa kesal, jengkel, dll.
b.      Perasaan sosial, yaitu suatu perasaan yang berhubungan dengan orang-orang lain, seperti rasa simpati, senang, kasih sayang, dan setia, ataupun perasaan antipasti, benci, marah, dan takut terhadap orang-orang lain atau orang di sekitarnya.
c.       Perasaan intelek, yaitu perasaan yang berhubungan dengan kerja-kerja akal, seperti rasa puas dan senang atas keberhasilan memecahkan masalah, atau rasa jengkel atas kegagalan memecahkan masalah.
d.      Perasaan estetis, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keindahan, seperti perasaan senang, puas, nikmat, atau benci, jijik, tak senang terhadap suatu lagu, lukisan, pahatan, dll.
e.       Perasaan ethis, yaitu perasaan yang berhubungan dengan kesusilaan, seperti merasa senang, bahagia, bangga terhadap sifat dan sikap (akhlak) yang baik, atau perasaan sedih, prihatin, susah, marah terhadap akhlak dan prilaku yang buruk dan tercela.
f.       Perasaan religious, yaitu perasaan yang berhubungan dengan norma-norma keagamaan atau ketuhanan, seperti rasa khusyu’, zuhud, waro’, tawadhu, dll.

D.   Pembagian Perasaan Berdasar Obyeknya
Berdasar obyek yang menjadi sasarannya, perasaan bisa dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu perasaan yang berhubungan dengan diri sendiri dan perasaan yang berhubungan dengan orang atau benda-benda yang lain.
          1.      Perasaan yang berhubungan dengan diri sendiri, terdiri dari 2 jenis :
a.       Stemming (suasana hati) adalah perasaan dalam jiwa yang berlangsung normal dan dalam tempo yang cukup lama.
Macam-macamnya :
-          Feeling, yaitu perasaan yang biasanya timbul dari daerah bawah sadar.
-          Mood, yaitu perasaan yang terjadi berulang-ulang dan membawa seseorang kepada suasana kurang sadar.
b.      Affek, adalah perasaan dalam jiwa yang berlangsung di luar kesadaran dan dalam keadaan tidak normal.
Macam-macamnya :
-          Affek Stenis, yaitu affek yang menimbulkan kekuatan.
-          Affek Astenis, yaitu affek yang menimbulkan kelemahan.
            2.      Perasaan yang berhubungan dengan orang lain, terdiri dari 4 jenis :
a.       Simpati, adalah kecenderungan perasaan untuk ikut serta merasakan segala sesuatu yang dirasakan oleh orang lain.
b.      Empati, adalah kecenderungan perasaan untuk masuk menjadi (bagian dari) orang lain.
c.       Antipati, adalah kecenderungan perasaan untuk membenci atau tidak senang kepada orang lain.
d.      Sentimen, adalah kecenderungan perasaan terhadap suatu obyek yang bersifat netral (bisa berupa perasaan suka dan bisa pula berupa perasaan tidak suka).

E.   Perasaan Harga Diri
Yang dimaksud dengan harga diri, yaitu suatu perasaan dalam jiwa seseorang yang berhubungan dengan harga dirinya sendiri.
Macam-macam perasaan harga diri :
       1.      Harga diri yang positif, seperti percaya diri, puas dan bangga terhadap prestasi yang dicapai, dll
       2.      Harga diri yang negatif, seperti tidak percaya diri, merasa serba kurang, merasa tidak bisa sebelum mencoba, dll.
Harga diri dan kompensasi
Kompensasi adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk menutupi hal-hal negatif yang ada pada dirinya, baik berupa kelemahan, kekurangan, kegagalan, dll.
Macam-macam kompensasi antara lain :
       1.      Kompensasi langsung dan kompensasi tak langsung
       2.      Kompensasi riil (nampak) dan kompensasi semu
       3.      Kompensasi yang minus dan kompensasi yang berlebihan.
  
F.    Kelainan-Kelainan Perasaan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali mengalami suatu perasaan yang tidak lazim. Ini biasanya timbul dari diri kita akibat adanya rangsang tertentu, baik dari dalam ataupun dari luar. Kelainan perasaan itu antara lain :
       1.      Depresi, yaitu perasaan tertekan akibat sesuatu keadaan, baik karena :
-          trauma terhadap peristiwa masa lalu
-          takut menghadapi masa sekarang
-          ragu dan bimbang menghadapi masa mendatang.
       2.      Maniso, yaitu perasaan gembira yang berkepanjangan dan terus menerus tanpa berhenti.
      3.     Apatis, yaitu perasaan tidak peduli, acuh tak acuh, atau cuek terhadap benda atau keadaan atau peristiwa apapun yang ada dan terjadi di sekitarnya.

G.  Pengendalian Emosi
Mengendalikan emosi, apapun bentuknya mutlak diperlukan. Perasaan takut, harap, cinta, benci, gembira, sedih, marah, menyesal, iri, cemburu dan perasaan-perasaan lainnya yang tidak terkendali akan menyebabkan kesengsaraan dan penderitaan yang berkepanjangan; baik bagi diri orang itu sendiri, maupun bagi orang-orang lain disekitarnya.
Karena itu kita harus berusaha agar senantiasa memiliki sifat dan sikap “tawassuth” atau “tawazun” (keseimbangan) serta menghindari segala bentuk “tamarrud” (ekstremitas atau sikap berlebihan) dalam menilai dan menyikapi apapun yang ada disekitar kita. Dengan demikian kita akan tetap tegak di atas prinsip “al-‘adalah” (meletakkan sesuatu pada tempatnya secara proporsional).
Untuk itu, sedikitnya diperlukan 3 landasan utama yang harus menjadi pijakan kita dalam menilai dan menyikapi sesuatu, yaitu :
           1.      Rasionalitas, berdasar pertimbangan akal sehat
           2.      Obyektivitas, berdasar pertimbangan yang adil dan bijaksana
           3.      Keimanan, berdasar norma dan hukum agama, semata-mata karena mengharap ridho Allah SWT.

BAB III
KESIMPULAN

Perasaan merupakan suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subyektif. Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu, tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain, terhadap hal yang sama.
Sebagai contoh ada 2 (dua) orang bersama-sama menyaksikan pementasan drama. Seorang diantaranya menanggapi pementasan para pemeran tersebut dengan rasa kagum dan senang, singkatnya dia menilai penampilan pementasaan drama itu sangat sempurna, tapi seorang yang lain menanggapi pementasan tersebut dengan acuh tak acuh, tampaknya pementasan itu biasa-biasa saja dan tidak menarik.
Karena adanya sifat subyektif pada perasaan inilah maka gejala perasaan tidak dapat disamakan dengan gejala mengenal, tidak dapat disamakan dengan pengamatan, fikiran dan sebagainya. Perasaan tidak merupakan suatu gejala kejiwaan yang terdiri sendiri, tetapi bersangkut paut dengan gejala mengenal. Kadang-kadang gejala perasaan diiringi oleh peristiwa mengenal dan sebaliknya pada suatu ketika gejala perasaan yang menyertai peristiwa mengenal.













DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Drs. Psikologi Umum (Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1982)
F. Patty, Prof, MA. Cs, Pengantar Psikologi Umum (Surabaya ; Usaha Nasional, 1982)
Idris Muhammad Jauhari. Pengantar Ilmu Jiwa Umum (Jakarta ; Mutiara, 2005)
Singgih Dirganunarsa, DR. Pengantar Psikologi, Mutiara, Jakarta: 1979
Wasty Soemanto, Drs. Psikologi Pendidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta: 1990

Tidak ada komentar:

Posting Komentar