BAB II
GEJALA – GEJALA PERASAAN ( EMOSI )
A. Pengertian dan Ciri-Ciri Perasaan
Agar
manusia mampu melaksanakan fungsi dan kewajibannya dengan baik, maka Allah SWT
membekali jiwa manusia dengan berbagai kemampuan untuk merasakan dan menghayati
suasana apapun yang ada di sekitarnya. Kemampuan merasakan dan menghayati
suasana sekitar inilah yang disebut PERASAAN atau EMOSI.
Perasaan
adalah salah satu gejala atau keadaan jiwa manusia yang banyak berpusat di hati
dan merupakan totalitas dari keseluruhan gejala jiwa. Keadaan tersebut biasanya
dihayati dan diungkapkan lewat rasa “suka” (like) atau rasa “tidak suka”
(dislike).
1.
Tergantung pada subyek (bersifat
subyektif).
2.
Tidak berdiri sendiri (selalu berkaitan
dengan gejala atau aktivitas-aktivitas jiwa yang lain).
3.
Mudah berubah-ubah.
4.
Selalu dihayati dengan rasa suka atau
tidak suka.
B. Intensitas Perasaan (Tingkat
Kedalaman)
Dalam
berperasaan, manusia bermacam-macam. Ada yang perasaannya sangat peka, ada yang
kurang peka, dan ada pula yang perasaannya sama sekali tidak peka. Demikian
dalam menghayati dan merasakan suatu obyek; ada orang yang menghayatinya secara
sangat mendalam sehingga tidak mudah hilang dari dalam jiwanya, ada yang
biasa-biasa saja, dan ada pula yang melewatkan obyek apapun dari perasaannya
begitu saja, tanpa meninggalkan kesan apapun.
Intensitas
atau tingkat kedalaman perasaan seseorang terhadap suatu obyek, banyak
tergantung kepada beberapa faktor, antara lain :
1.
Kondisi dan jiwa seseorang pada saat
suatu perasaan muncul didalam jiwanya.
2.
Latar belakang, watak, lingkungan,
pengalaman, dan pendidikan orang tersebut.
3.
Perasaan biasanya lebih kuat melekat
dalam jiwa, apabila :
a.
Bersumber dari pengalaman sendiri,
dibandingkan dengan yang berasal dari pengalaman orang lain.
b.
Bersumber dari hasil
pengamatan/penginderaan (konkrit) dibandingkan dengan hasil khayalan (abstrak).
c.
Bersumber dari indera penciuman dan
pengecapan, dibandingkan dengan yang berasal dari indera penglihatan atau
pendengaran.
4.
Perasaan biasanya semakin berkurang,
apabila hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya perasan tersebut terjadi
berulang-ulang, sehingga menimbulkan kejenuhan.
C. Pembagian Perasaan Menurut
Sumbernya
Berdasar
sumber timbulnya, para ahli Ilmu Jiwa membagi perasaan menjadi 2 jenis, yaitu perasaan
rendah atau biologis dan perasaan tinggi atau rohaniah.
1.
Perasaan
Rendah (yang berhubungan dengan unsur-unsur biologis atau
jasmaniah), terdiri dari 4 macam, yaitu :
a.
Perasaan instinktif, seperti enak,
sakit, takut.
b.
Perasaan inderawi, seperti manis, harum,
silau.
c.
Perasaan seksuil, seperti tertarik pada
lawan jenis.
d.
Perasaan vital, yang berhubungan dengan
pencernaan, pernafasan, peredaran darah, dll.
2.
Perasaan
Tinggi/Luhur (yang berhubungan dengan unsur-unsur
rohaniah manusia), terdiri dari 6 macam, yaitu :
a.
Perasaan
diri,
yaitu suatu perasaan yang muncul dalam diri sendiri, baik yang positif seperti rasa percaya diri,
punya harga diri, rasa puas atas prestasi diri, dll, maupun yang negatif, seperti rasa rendah diri,
tidak percaya diri, rasa kesal, jengkel, dll.
b.
Perasaan
sosial, yaitu suatu perasaan yang berhubungan dengan
orang-orang lain, seperti rasa simpati, senang, kasih sayang, dan setia, ataupun
perasaan antipasti, benci, marah, dan takut terhadap orang-orang lain atau
orang di sekitarnya.
c.
Perasaan
intelek, yaitu perasaan yang berhubungan dengan kerja-kerja
akal, seperti rasa puas dan senang atas keberhasilan memecahkan masalah, atau
rasa jengkel atas kegagalan memecahkan masalah.
d.
Perasaan
estetis, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keindahan,
seperti perasaan senang, puas, nikmat, atau benci, jijik, tak senang terhadap
suatu lagu, lukisan, pahatan, dll.
e.
Perasaan
ethis, yaitu perasaan yang berhubungan dengan kesusilaan,
seperti merasa senang, bahagia, bangga terhadap sifat dan sikap (akhlak) yang
baik, atau perasaan sedih, prihatin, susah, marah terhadap akhlak dan prilaku
yang buruk dan tercela.
f.
Perasaan
religious, yaitu perasaan yang berhubungan dengan norma-norma
keagamaan atau ketuhanan, seperti rasa khusyu’, zuhud, waro’, tawadhu, dll.
D. Pembagian Perasaan Berdasar
Obyeknya
Berdasar
obyek yang menjadi sasarannya, perasaan bisa dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu
perasaan yang berhubungan dengan diri sendiri dan perasaan yang berhubungan
dengan orang atau benda-benda yang lain.
1. Perasaan yang berhubungan dengan
diri sendiri, terdiri dari 2 jenis :
a.
Stemming
(suasana hati) adalah perasaan dalam jiwa yang berlangsung
normal dan dalam tempo yang cukup lama.
Macam-macamnya :
-
Feeling, yaitu perasaan yang biasanya
timbul dari daerah bawah sadar.
-
Mood, yaitu perasaan yang terjadi
berulang-ulang dan membawa seseorang kepada suasana kurang sadar.
b.
Affek,
adalah perasaan dalam jiwa yang berlangsung di luar kesadaran dan dalam keadaan
tidak normal.
Macam-macamnya :
-
Affek Stenis, yaitu affek yang
menimbulkan kekuatan.
-
Affek Astenis, yaitu affek yang
menimbulkan kelemahan.
2. Perasaan yang berhubungan dengan
orang lain, terdiri dari 4 jenis :
a.
Simpati,
adalah kecenderungan perasaan untuk ikut serta merasakan segala sesuatu yang
dirasakan oleh orang lain.
b.
Empati,
adalah kecenderungan perasaan untuk masuk menjadi (bagian dari) orang lain.
c.
Antipati,
adalah kecenderungan perasaan untuk membenci atau tidak senang kepada orang
lain.
d.
Sentimen,
adalah kecenderungan perasaan terhadap suatu obyek yang bersifat netral (bisa
berupa perasaan suka dan bisa pula berupa perasaan tidak suka).
E. Perasaan Harga Diri
Yang
dimaksud dengan harga diri, yaitu suatu perasaan dalam jiwa seseorang yang berhubungan
dengan harga dirinya sendiri.
Macam-macam
perasaan harga diri :
1.
Harga diri yang positif, seperti percaya
diri, puas dan bangga terhadap prestasi yang dicapai, dll
2.
Harga diri yang negatif, seperti tidak
percaya diri, merasa serba kurang, merasa tidak bisa sebelum mencoba, dll.
Harga diri dan kompensasi
Kompensasi
adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk menutupi hal-hal negatif yang ada
pada dirinya, baik berupa kelemahan, kekurangan, kegagalan, dll.
Macam-macam kompensasi
antara lain :
1.
Kompensasi langsung dan kompensasi tak
langsung
2.
Kompensasi riil (nampak) dan kompensasi
semu
3.
Kompensasi yang minus dan kompensasi
yang berlebihan.
F. Kelainan-Kelainan Perasaan
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita sering kali mengalami suatu perasaan yang tidak
lazim. Ini biasanya timbul dari diri kita akibat adanya rangsang tertentu, baik
dari dalam ataupun dari luar. Kelainan perasaan itu antara lain :
1.
Depresi,
yaitu perasaan tertekan akibat sesuatu keadaan, baik karena :
-
trauma terhadap peristiwa masa lalu
-
takut menghadapi masa sekarang
-
ragu dan bimbang menghadapi masa
mendatang.
2.
Maniso,
yaitu perasaan gembira yang berkepanjangan dan terus menerus tanpa berhenti.
3.
Apatis,
yaitu perasaan tidak peduli, acuh tak acuh, atau cuek terhadap benda atau
keadaan atau peristiwa apapun yang ada dan terjadi di sekitarnya.
G. Pengendalian Emosi
Mengendalikan
emosi, apapun bentuknya mutlak diperlukan. Perasaan takut, harap, cinta, benci,
gembira, sedih, marah, menyesal, iri, cemburu dan perasaan-perasaan lainnya
yang tidak terkendali akan menyebabkan kesengsaraan dan penderitaan yang
berkepanjangan; baik bagi diri orang itu sendiri, maupun bagi orang-orang lain
disekitarnya.
Karena
itu kita harus berusaha agar senantiasa memiliki sifat dan sikap “tawassuth”
atau “tawazun” (keseimbangan) serta menghindari segala bentuk “tamarrud”
(ekstremitas atau sikap berlebihan) dalam menilai dan menyikapi apapun yang ada
disekitar kita. Dengan demikian kita akan tetap tegak di atas prinsip
“al-‘adalah” (meletakkan sesuatu pada tempatnya secara proporsional).
Untuk
itu, sedikitnya diperlukan 3 landasan utama yang harus menjadi pijakan kita
dalam menilai dan menyikapi sesuatu, yaitu :
1.
Rasionalitas, berdasar pertimbangan akal
sehat
2.
Obyektivitas, berdasar pertimbangan yang
adil dan bijaksana
3.
Keimanan, berdasar norma dan hukum
agama, semata-mata karena mengharap ridho Allah SWT.
BAB III
KESIMPULAN
Perasaan
merupakan suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami
dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan
bersifat subyektif. Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan
berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu, tanggapan
perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang
lain, terhadap hal yang sama.
Sebagai
contoh ada 2 (dua) orang bersama-sama menyaksikan pementasan drama. Seorang
diantaranya menanggapi pementasan para pemeran tersebut dengan rasa kagum dan
senang, singkatnya dia menilai penampilan pementasaan drama itu sangat
sempurna, tapi seorang yang lain menanggapi pementasan tersebut dengan acuh tak
acuh, tampaknya pementasan itu biasa-biasa saja dan tidak menarik.
Karena
adanya sifat subyektif pada perasaan inilah maka gejala perasaan tidak dapat
disamakan dengan gejala mengenal, tidak dapat disamakan dengan pengamatan,
fikiran dan sebagainya. Perasaan tidak merupakan suatu gejala kejiwaan yang
terdiri sendiri, tetapi bersangkut paut dengan gejala mengenal. Kadang-kadang
gejala perasaan diiringi oleh peristiwa mengenal dan sebaliknya pada suatu
ketika gejala perasaan yang menyertai peristiwa mengenal.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Drs. Psikologi Umum (Surabaya, PT. Bina Ilmu,
1982)
F. Patty, Prof, MA. Cs, Pengantar Psikologi Umum (Surabaya ;
Usaha Nasional, 1982)
Idris Muhammad Jauhari. Pengantar Ilmu Jiwa Umum (Jakarta ;
Mutiara, 2005)
Singgih Dirganunarsa, DR. Pengantar Psikologi, Mutiara, Jakarta:
1979
Wasty Soemanto, Drs. Psikologi Pendidikan, PT. Rineka Cipta,
Jakarta: 1990
Tidak ada komentar:
Posting Komentar