PENDAHULUAN
Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang
paling berhasil dalam mengembangkan peradaban Islam.
Para ahli sejarah tidak meragukan hasil kerja
para pakar pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah dalam memajukan ilmu
pengetahuan dan peradaban Islam.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang
sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah,
sistem politik, perkembangan iptek dan pemikiran filsafat, ilmu kalam, ilmu fiqih, dan ilmu
tasawuf pada masa bani Abbasiyah.
PEMBAHASAN
PERADABAN ISLAM MASA ABBASIYAH
A.
Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Kekuasaan
Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani
Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini
adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung dari tahun 750-1258M.
Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini
adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung dari tahun 750-1258M.
Pada abad
ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pemberontakan yang
paling dahsyat dan merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni perang antara
pasukan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan ibn Muhammad (Dinasti Bani Umayyah). Yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan jatuhnya negeri Syiria, berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah.
paling dahsyat dan merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni perang antara
pasukan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan ibn Muhammad (Dinasti Bani Umayyah). Yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan jatuhnya negeri Syiria, berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah.
Dari sini dapat
diketahui bahwa bangkitnya Daulah Abbasiyah bukan saja pergantian
Dinasti akan tetapi lebih dari itu adalah penggantian struktur sosial dan ideologi, sehingga dapat dikatakan kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah merupakan suatu revolusi.
Dinasti akan tetapi lebih dari itu adalah penggantian struktur sosial dan ideologi, sehingga dapat dikatakan kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah merupakan suatu revolusi.
Pada zaman
Abbasiyah konsep kekhalifahan berkembang sebagai sistem politik.
Menurut pandangan para pemimpin Bani Abbasiyah, kedaulatan yang ada pada
pemerintahan (Khalifah) adalah berasal dari Allah, bukan dari rakyat sebagaimana
diaplikasikan oleh Abu Bakar dan Umar pada zaman khulafaurrasyidin. Hal ini dapat
dilihat dengan perkataan Khalifah Al-Mansur “Saya adalah sultan Tuhan diatas buminya”.
Menurut pandangan para pemimpin Bani Abbasiyah, kedaulatan yang ada pada
pemerintahan (Khalifah) adalah berasal dari Allah, bukan dari rakyat sebagaimana
diaplikasikan oleh Abu Bakar dan Umar pada zaman khulafaurrasyidin. Hal ini dapat
dilihat dengan perkataan Khalifah Al-Mansur “Saya adalah sultan Tuhan diatas buminya”.
Pada zaman
Dinasti Bani Abbasiyah, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya. Sistem politik yang dijalankan
oleh Daulah Bani Abbasiyah I antara lain:
a.
Para
Khalifah tetap dari keturunan Arab, sedang para menteri, panglima, Gubernur
dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali.
dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali.
b.
Kota
Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik,
ekonomi, sosial dan kebudayaan.
c.
Ilmu
pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia.
d.
Kebebasan
berpikir
sebagai HAM diakui sepenuhnya.
e.
Para
menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya
dalam pemerintah.
dalam pemerintah.
Selanjutnya
periode II , III , IV, kekuasaan Politik Abbasiyah sudah mengalami
penurunan, terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan negara-negara bagian (kerajaan-kerajaan kecil) sudah tidak menghiraukan pemerintah pusat, kecuali pengakuan politik saja. Panglima di daerah sudah berkuasa di daerahnya, dan mereka telah mendirikan atau membentuk pemerintahan sendiri misalnya saja munculnya Daulah-Daulah kecil, contoh; Daulah Bani Umayyah di Andalusia atau Spanyol, daulah Fatimiyah. Pada masa awal berdirinya Daulah Abbasiyah ada 2 tindakan yang dilakukan oleh para Khalifah Daulah Bani Abbasiyah untuk mengamankan dan mempertahankan dari kemungkinan adanya gangguan atau timbulnya pemberontakan yaitu: pertama, tindakan keras terhadap Bani Umayah, dan kedua pengutamaan orang-orang turunan persia.
penurunan, terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan negara-negara bagian (kerajaan-kerajaan kecil) sudah tidak menghiraukan pemerintah pusat, kecuali pengakuan politik saja. Panglima di daerah sudah berkuasa di daerahnya, dan mereka telah mendirikan atau membentuk pemerintahan sendiri misalnya saja munculnya Daulah-Daulah kecil, contoh; Daulah Bani Umayyah di Andalusia atau Spanyol, daulah Fatimiyah. Pada masa awal berdirinya Daulah Abbasiyah ada 2 tindakan yang dilakukan oleh para Khalifah Daulah Bani Abbasiyah untuk mengamankan dan mempertahankan dari kemungkinan adanya gangguan atau timbulnya pemberontakan yaitu: pertama, tindakan keras terhadap Bani Umayah, dan kedua pengutamaan orang-orang turunan persia.
Berdasarkan
perubahan, para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani
Abbasiyah menjadi 3 periode, yaitu:
Abbasiyah menjadi 3 periode, yaitu:
1.
Periode
Pertama (750-847 M)
Pada periode ini, seluruh kerajaan Islam berada di dibawah
kekuasaan para Khalifah kecuali di Andalusia. Adapun para Khalifah yang
memimpin pada ini sebagai berikut:
a.
Abul
Abbas as-saffah (750-754 M)
b.
Abu
Ja’far al mansyur (754-775 M)
c.
Abu
Abdullah M. Al-Mahdi bin Al Mansyur (775-785 M)
d.
Abu
Musa Al-Hadi (785-786 M)
e.
Abu
Ja’far Harun Ar-Rasyid (786-809 M)
f.
Abu
Musa Muh. Al Amin (809-813 M)
g.
Abu
Ja’far Abdullah Al Ma’mun (813-833 M)
h.
Abu
Ishak M. Al Muta’shim (833-842 M)
i.
Abu
Ja’far Harun Al Watsiq (842-847 M)
j.
Abul
Fadhl Ja’far Al Mutawakkil (847-861 M)
2.
Periode
kedua (232-590 H / 847-1194
M)
Pada periode ini, kekuasaan bergeser dari sistem sentralistik pada
sistem desentralisasi, yaitu ke dalam tiga negara otonom:
a.
Kaum
Turki (232-590 H)
b.
Golongan
Kaum Bani Buwaih (334-447 H)
c.
Golongan
Bani Saljuq (447-590 H)
Dinasti-Dinasti di atas pada akhirnya melepaskan diri dari
kekuasaan Baghdad pada masa Khalifah Abbassiyah.
3.
Periode
ketiga (590-656 H / 1194-1258 M)
Pada periode ini, kekuasaan berada kembali ditangan Khalifah,
tetapi hanya di baghdad dan kawasan-kawasan sekitarnya. Sedangkan para ahli
kebudayaan Islam membagi masa kebudayaan Islam di zaman daulah Abbasiyah kepada
4 masa, yaitu:
1.
Masa
Abbasy I, yaitu semenjak lahirnya Daulah Bani Abbasiyah tahun 750 M, sampai
meninggalnya Khalifah Al-Watsiq (847 M).
2.
Masa
Abbasy II, yaitu mulai Khalifah Al-Mutawakkil (847 M), sampai berdirinya Daulah
Buwaihiyah di Baghdad (946 M).
3.
Masa
Abbasy III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun (946 M) sampai masuk
kaum Saljuk ke Baghdad (1055 M).
4.
Masa
Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk ke Baghdad (1055 M), sampai jatuhnya
Baghdad ke tangan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H
(1258 M).[1]
C.
Kemajuan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Masa Bani Abbasiyah
Puncak kejayaan
Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan
anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ketika Ar-Rasyid memerintah, negara dalam
keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga
pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara hingga ke India
Pada masanya hidup
pula para filusuf, pujangga, ahli baca Al-Quran dan para ulama di bidang agama.
Didirikan perpustakaan yang diberi nama Baitul
Hikmah,
didalamnya orang dapat membaca, menulis dan berdiskusi. Khalifah Harun
Ar-Rasyid sebagai orang yang taat beragama, menunaikan ibadah haji setiap tahun
yang diikuti keluarga dan pejabat-pejabatnya serta para ulama dan berderma
kepada faqir miskin.
Pada masanya
berkembang ilmu pengetahuan agama seperti ilmu Alquran, qira’at, hadits, fiqih,
ilmu kalam, bahasa dan sastra. Empat mazhab fiqih tumbuh dan berkembang pada
masa dinasti Abbasiyah. Disamping itu berkembang pula ilmu filsafat, logika,
metafisika, matematika, ilmu alam, geografi, aljabar, aritmatika, mekanika,
astronomi, musik, kedokteran dan kimia.[2]
Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari
peninggalan-peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur Masjid Agung Cordoba, Blue Mosque di Konstantinopel atau menara spiral di
Samara yang dibangun oleh khalifah Al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr)
yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah
yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada.
Kemajuan
intelektual pada waktu itu setidaknya dipengaruhi oleh dua hal yaitu:
1.
Terjadinya
Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami
perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat itu sangat
penting dibidang pemerintahan. selain itu mereka banyak berjasa dalam
perkembangan ilmu filsafat dan sastra. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui
terjemah-terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama Filsafat.
2.
Gerakan
Terjemah Pada masa daulah ini usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan
dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan
ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia
dan sejarah.[3]
D.
Pemikiran
Filsafat, Ilmu Kalam, Ilmu Fiqh, dan Ilmu Tasawuf pada
Dinasti Abbasiyah
Dari hasil
ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama,
berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara lain:
berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara lain:
1.
Filsafat
Kajian
filsafat dikalangan umat Islam mencapai puncaknya pada masa daulah Abbasiyah,
diantaranya dengan penerjemahan filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab. Para filusuf Islam antara lain:
1)
Abu Ishaq Al-Kindi (809-873 M).
Karyanya lebih dari 231 judul.
2)
Abu Nasr Al-Farabi (961 M). Karyanya
lebih dari 12 buah buku. Ia memperoleh gelar Al-Mualimuts Tsani, yaitu guru
kedua.
3)
Ibnu Sina, terkenal dengan Avicenna
(980-1037 M). Ia seorang filsuf yang menghidupkan kembali filsafat Yunani
aliran Aristoteles dan Plato. Selain filsuf Avicenna juga seorang dokter istana
kenamaan. Diantara buku yang terkenal adalah Asy-Syifa dan Al-Qanun fi
Ath-Thib.
4)
Ibnu Bajah (w. 581 H)
5)
Ibnu Tufail (w. 581 H), penulis buku
novel filsafat Hayy bin Yaqdzan.
6)
Al-Ghazali (1058-1111 M). Al-Ghazali
mendapat julukan Al-Hujjatul Islam. Karyanya antara lain: Maqasid Al-Falasifah,
Al-Munqid Minadh Dhalal, Tahafut Al-Falasifah, dan Ihya Ulumuddin.
7)
Ibnu Rusyd di Barat dikenal dengan
Averros (1126-1198 M). Ia seorang filsuf, dokter dan ulama.
2.
Kalam
Menurut A. Hasimy lahirnya ilmu
kalam karena dua factor: pertama, untuk membela Islam dengan bersenjatakan
filsafat. Kedua, karena semua masalah termasuk masalah agama telah berkisar
dari pola rasa kepada pola akal dan ilmu. Diantara tokoh ilmu kalam yaitu:
wasil bin Atha’, Baqilani, Asy’ary, Ghazali, Sajastani dan lain-lain.
3.
Fiqih
Dalam bidang fiqih para fuqaha’ yang ada pada masa
bani abbasiyah mampu menyusun kitab-kitab fiqih terkenal hingga saat ini
misalnya, imam Abu Hanifah menyusun kitab musnad al-Imam al-a’dzam atau fiqih
al-akbar, imam malik menyusun kitab al-muwatha’, imam syafi’I menyusun kitab
al-Umm dan fiqih al-akbar fi al tauhid, imam ibnu hambal menyusun kitab al
musnad ahmad
4.
Tasawuf
Kecenderungan pemikiran yang
bersifat filosofi menimbulkan gejolak pemikiran diantara umat islam, sehingga
banyak diantara para pemikir muslim mencoba mencari bentuk gerakan lain seperti
tasawuf. Tokoh sufi yang terkenal yaitu Imam al-Ghazali diantara karyanya dalam
ilmu tasawuf adalah ihya ulum al-din.
KESIMPULAN
Ø
Dinasti abbasiyah berkuasa sejak tahun 132 H – 656
H.
Ø
Para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah
menjadi 3 periode, yaitu:
1.
Periode pertama (750-847 M)
2.
Periode
kedua (232-590 H / 847-1194
M)
3.
Periode
ketiga (590-656 H / 1194-1258 M)
Ø
Bidang-bidang ilmu pengetahuan umum yang berkembang
pada masa dinasti abbasiyah yaitu filsafat, ilmu kalam, ilmu kedokteran, ilmu
kimia, ilmu hisab, sejarah, ilmu bumi dan astronom.
Ø
Bidang-bidang ilmu pengetahuan keagamaan berkembang
pada masa ini yaitu: ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih, tasawuf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar