Selasa, 03 April 2012

Ibn Jama'ah

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diantara banyak ulama atau tokoh yang merumuskan konsep pendidikan dalam islam, ada seorang dari tokoh tersebut yang bernama Badrudin Muhammad ibn Ibrahim ibn Sa’ad Allah ibn Jama’ah ibn Hazim ibn Shakhr ibn Abd Allah al-Kinany. Beliau lebih dikenal dengan nama, Ibn Jama’ah. Hasil pemikirannya ia tuangkan dalam bentuk karya tulis ataupun kitab. Dengan kepandaian yang dimilikinya, ibn Jma’ah menerapkan pemikirannya kedalam sebuah konsep pendidikan. Kontribusi beliau dalam bidang pendidikan adalah dengan merumuskan konsep yang relevan dengan pendidikan. Adapun pembahasan lebih lanjutnya akan dijelaskan dalam makalah yang berjudul “Gagasan Pendidikan Ibn Jama’ah”
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat hidup Ibn Jama’ah ?
2. Apa saja karya tulis yang pernah di tulis Ibn Jama’ah ?
3. Bagaimana konsep pendidikan yang diterapkan Ibn Jama’ah ?

BAB II PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup IBN Jama’ah
Nama lengkap beliau adalah Badrudin Muhammad ibn Ibrahim ibn Sa’ad Allah ibn Jama’ah ibn Hazim ibn Shakhr ibn Abd Allah al-Kinany. Beliau lahir di Hanwa, Mesir pada malam sabtu, tanggal 4 Rabi’ul akhir, pada 639 H / 1241 M. Kemudian di usianya yang memasuki 64 tahun, beliau wafat pada pertengahan malam akhir hari senin, tanggal 21 Jumadil Ula tahun 733 H / 1333 M, dan dimakamkan di Qirafah Mesir.
 Pendidikan awal beliau berasal dari ayahnya, Ibrahim Sa’ad Allah ibn Jama’ah yang tak lain seorang ulama besar ahli fiqih dan sufi. Selain itu ia pun pernah berguru kepada sejumlah ulama, diantaranya : ketika berada di Hammah ia berguru kepada syaikh as-syuyukh ibn izzun, ketika di Damaskus ia berguru kepada Abi al-yasr, dan ketika di Kairo ia berguru kepada salah seorang ulama yaitu Taqy ad-Din ibn Razim. Berkat menempuh beberapa pengalaman pendidikan, Ibn Jama’ah kemudian berhasil menjadi seorang ahli hukum, ahli pendidikan, juru dakwah, penyair, ahli tafsir, ahli hadits, dan masih banyak lagi sejumlah keahlian yang beliau miliki.
Ibn Jama’ah hidup pada masa dinasti ayyubiyah dan mamluk. Dinasti ayyubiyah dipimpin oleh Shalahuddin al-ayyubiyang menggantikan dinasti fathimiyah di mesir. Namun pada masa itu, dinasti ayyubiyah ini jatuh ke tangan dinasti mamluk. Dinasti mamluk ini dipimpin oleh seorang sultan yang pertama yaitu Abyak dan sultannya yang terkenal berhasil mengalahkan Hulagu Khan yaitu Sultan Baybars. Dengan usaha yang dilakukan sultan Baybars, mesir tidak mengalami kehancuran sebagaimana yang dialami negeri islam lainnya.
 Pada masa ibn Jama’ah telah muncul berbagai lembaga pendidikan islam, diantaranya:
1. Kuttab, yaitu lembaga pendidikan dasar yang digunakan untuk memberikan kemampuan membaca dan menulis.
2. Pendidikan istana, yaitu lembaga pendidikan yang dikhususkan untuk anak-anak pejabat dan keluarga istana.
3. Kedai atau toko kitab, yang memiliki fungsi sebagai tempat untuk menjual kitab serta tempat berdiskusi diantara para pelajar.
4. Rumah para ulama, yaitu tempat yang sengaja disediakan para ulama untuk mendidik siswa.
5. Rumah sakit, dikembangakan tidak hanya untuk kepentingan medis, juga digunakan sebagai tempat mendidik bagi para tenaga pendidik yang akan bertugas sebagai perawat dan sebagai tempat pengobatan.
6. Perpustakaan, berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku yang diperlukan, juga diguakan untuk keperluan diskusi dan untuk tempat penelitian.
7. Masjid, berfungsi sebagai tempat ibadah, masjid juga digunakan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan sosial.

B. Karya Tulis Ibn Jama’ah
Karya tulis yang pernah dibuat oleh ibn Jama’ah pada dasarnya berhubungan dengan masalah pendidikan, astronomi, ulumul hadist, ulum at-tafsir, ilmu fiqih dan ushul al-fiqh. Kitab Tadzkirat as-sami’ wa al-mutakallimin fi adab al-alim wa al-muta’ilim merupakan kitab yang berisikan konsep-konsep yang berhubungan dengan pendidikan. Adapula kitab Usthutullah merupakan kitab yang berhubungan dengan astronomi. Selanjutnya adalah kitab al-munhil al-rawy fi ‘ulum al-hadits al-nabawi yang merupakan hasil ringkasan dari kitab ilmu hadits karya ibn as-Shalah. Masih banyak lagi kitab dan karya tulis yang beliau buat.

C. Konsep Pendidikan Ibn Jama’ah
Konsep pendidikan yang diterapkan ibn Jama’ah ia ambil dari kitabnya yang berjudul Tadzkirat as-sami’ wa al-mutakallimin fi adab al-alim wa al-muta’allim. Keseluruhan konsep pendidikan menurut ibn Jama’ah sebagai berikut, yaitu :
1. Konsep guru atau ulama
Konsep Guru atau ulama menurut ibn Jama’ah secara umum dijadikan sebagai makhluk yang terbaik. Hal ini dikarenakan bahwa para ulama adalah orang yang paling bertakwa dan takut kepada Allah SWT. Kemudian ibn Jama’ah menetapkan sejumlah kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang guru atau ulama, yaitu : memiliki akhlak yang mulia, tidak menjadikan profesi guru tersebut sebagai lahan usaha untuk memenuhi kebutuhan finansial, memahami situasi masyarakat sekitar, memiliki rasa kasih sayang dan penyabar, adil dalam memperlakukan peserta didik, serta menolong dengan kemampuan yang dimilikinya.
2. Peserta didik
Menurut ibn Jama’ah peserta didik yang baik adalah mereka yang memiliki karater sebagaimana yang melekat pada diri ulama. Beliau pernah mengatakan bahwa peserta yang baik adalah peserta didik yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan untuk memilih, memutuskan, dan mengusahakan tindakan belajar yang mandiri, baik yang berkaitan dengan aspek fisik, pikiran, sikap maupun perbuatan. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peserta didik tersebut telah melewati masa anak-anak yang sebelumnya telah belajar di kuttab. Selain itu, ibn Jama’ah menekankan bahwa peserta didik harus selalu mematuhi perintah pendidik atau guru. Dalam hal ini kesalahan yang ada pada pendidik dinilai lebih baik dari kebenaran yang ada pada peserta didik. Selain itu, peserta didik tidak diperkenankan untuk mengeluarkan pendapat atau gagasan yang tidak sejalan dengan pendidik.
3. Materi pelajaran atau kurikulum
Materi pelajaran yang dikemukakan ibn Jama’ah terkait dengan tujuan belajar, yaitu semata-mata menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah SWT, dan tidak untuk kepentingan duniawi atau materi semata. Berkenaan dengan tujuan belajar tersebut, maka materi pelajaran yang diajarkan harus dikaitkan dengan etika dan nilai spiritualitas. Adapun mata pelajaran yang dikemukakan ibn Jama’ah adalah pelajaran al-quran, tafsir, hadits, ulumul hadits, ushul fiqih, nahwu, dan sharaf. Berdasarkan materi pelajaran yang sudah disebutkan, ibn Jama’ah membagi kurikulum pembelajaran menjadi dua, yaitu :
a. Kurikulum dasar yang menjadi acuan dan paradigma pengembangan disiplin lainnya. Kurikulum ini secara konkrit dijelaskan dengan kurikulum agama dan kebahasaan.
b. Kurikulum pengembangan yang berkenaan dengan mata pelajaran non-agama, tetapi tinjauan yang dipakai adalah kurikulum yang pertama.
Dengan demikian, kurikulum yang pertama dapat memberikan corak bagi kurikulum yang kedua yang sifatnya pengembangan. Sudah menjadi sebuah keharusan bahwa kurikulum pendidikan islam disusun sesuai dengan al-quran al-karim, dan ditambah dengan al-hadits untuk penyempurnaannya.
4. Metode pembelajaran
Konsep ibn Jama’ah tentang pembelajaran banyak ditekankan pada hafalan daripada metode yang lainnya. Hal ini dikarenakan bahwa hafalan sangat penting dalam proses pembelajaran, sebab ilmu didapat bukan dari tulisan yang ada di buku, melainkan dengan adanya pengulangan secara terus menerus. Sejalan dengan metode pembelajaran ini, ibn Jama’ah juga menekankan tentang pentingnya menciptakan kondisi yang mendorong timbulnya kreatifitas siswa. Menurutnya kegiatan belajar tidak hanya bergantung pada pendidik, melainkan juga pada peserta didik. Bagi ibn Jama’ah peserta didik dapat diposisikan sebagai subjek pendidikan. Untuk itu, perlu diciptakan peluang yang memungkinkan peserta didik tersebut dapat mengembangkan daya kreasi dan daya intelektual mereka. Pengembangan potensi peserta didik dapat pula dilakukan oleh dirinya dengan menggunakan waktu untuk belajar secara efektif dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Ibn Jama’ah juga mengajukan konsep tentang penggunaan waktu untuk belajar. Menurutnya bahwa waktu sahur adalah waktu yang paling baik untuk menghafal, pagi untuk membahas dan diskusi, waktu siang untuk menulis, dan malam untuk diskusi dan mengkaji ulang materi.
5. Lingkungan pendidikan
Lingkungan merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan. Dalam buku Ilmu Pendidikan Islam karangan Zakiah Daradjat, lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Para ahli pendidikan sosial umumnya berpendapat bahwa lingkungan merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Ibn Jama’ah memberikan kontribusi yang besar terhadap lingkungan. Menurutnya lingkungan yang baik adalah lingkungan yang didalamnya mengandung pergaulan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etis. Pergaulan yang ada bukanlah pergaulan yang bebas, melainkan pergaulan yang memiliki batasan. Dengan demikian lingkungan memiliki peranan dalam pembentukan keberhasilan pendidikan. Keduanya menginginkan agar lingkungan pendidikan itu kondusif untuk kegiatan belajar mengajar, yaitu suatu kondisi lingkungan yang mencerminkan nuansa etis dan agamis. D. Pandangan Ibnu Jama’ah tentang imbalan dan sanksi
Pemberian imbalan lebih kuat dan lebih berpengaruh terhadap pendidikan anak dari pada pemberian sanksi. Sanjungan dan pujian guru dapat mendorong siswanya untuk meraih keberhasilan dan prestasi yang lebih baik. Ibnu Jama’ah lebih memprioritaskan imbalan, anggapan baik, pujian dan sanjungan. Hal ini perlu dijelaskan oleh guru bahwa pujian itu disebabkan oleh upaya dan keunggulan siswa tersebut, sehingga siswa dapat memahaminya. Ibnu Jama’ah sangat menghindar dari penerapan sanksi yang dapat menodai kemuliaan manusia dan merendahkan martabatnya. Jadi sanksi itu merupakan bimbingan dan pengarahan perilaku serta pengendaliannya dengan kasih sayang. Sanksi perlu diberikan dengan landasan pendidikan yang baik dan ketulusan dalam bekerja, bukan berlandaskan kebencian dan kemarahan. Adapun Ibnu Jama’ah memandang bahwa sanksi kependidikan dapat diberikan dalam empat tahapan. Jika siswa melakukan perilaku yang tidak dapat diterima, guru dapat mengikuti empat tahapan tersebut:
1. Melarang perbuatan itu didepan siswa yang melakukan kesalahan tanpa menyebutkan namanya.
2. Jika anak tidak menghentikan, guru dapat melarangnya secara sembunyi-sembunyi, misal dengan isyarat.
3. Jika anak tidak juga menghentikannya, guru dapat melarangnya secara tegas dan keras, agar yang dia dan teman-temannya menjauhkan diri dari perbuatan semacam itu.
4. Jika anak tidak kunjung menhentikannya, guru dapat mengusirnya dan tidak memperdulikannya.

BAB III KESIMPULAN

Ibn Jama’ah memiliki nama lengkap Badruddin Muhammad ibn Ibrahim ibn Sa’ad Allah ibn Jama’ah ibn Hasyim ibn Shakhr ibn Abd Allah al-kinany. Beliau merupakan salah seorang tokoh pemikiran dalam bidang pendidikan. Beliau juga aktif dalam menulis berbagai macam karya tulis maupun kitab. Salah satu kitab karyanya yang berjudul Tadzkirat as-sami’ wa al-mutakallimin fi adab al-alim wa al-muta’allim, dijadikan sebagai acuan dalam konsep pendidikan yang ia kemukakan. Adapun konsep pendidikan yang beliau terapkan ditinjau dari segi konsep guru atau ulama, peserta didik, materi pelajaran atau kurikulum, metode pembelajaran, serta lingkungan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I. Jakarta: UI-Press. 1985

http://pojokbiografi.wordpress.com/2010/02/22/biografi-ibnu-jamaah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar